Rabu, 28 Desember 2011

RPP Masyarakat Multikultural

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah              :
Mata Pelajaran            : Sosiologi
Kelas/semester            :  X I / 2

Standar Kompetensi   : 1.  Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
Kompetensi Dasar : 2. 3.   Menganalisis  keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat
                                           multikultural.
RPP Masyarakat Multikultural

RPP Kelompok sosial

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah              :
Mata Pelajaran             : Sosiologi
Kelas/semester             :  X I / 2

Standar Kompetensi     : 1.  Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
Kompetensi Dasar   : 2. 2.   Menganalisis  perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat
                                           multikultural.                                        
Indikator                 :
RPP Kelompok sosial

Kamis, 22 Desember 2011

Contoh LKS


BAB I
KELOMPOK SOSIAL DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL
·         STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
·         KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural

Contoh LKS

Struktur Sosial, Konflik, dan Mobilitas Sosial


Struktur Sosial serta Berbagai Faktor Penyebab Konflik dan Mobilitas Sosial
A. Pengertian Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, yaitu kelompok,  kelas sosial,  nilai dan norma sosial, dan lembaga sosial.

Struktur Sosial, Konflik, dan Mobilitas Sosial

Struktur Sosial


BAHAN AJAR

BAB I
Struktur Sosial
Standar Kompetensi   :  Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial
Kompetensi Dasar       :  Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan masyarakat

Struktur Sosial

Contoh RPP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 1 Cepu
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/Semester : XI/ 1
Program : IPS
Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas sosial
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan masyarakat

Indikator :
• Mendefinisikan pengertian struktur sosial
• Mendeskpripsikan ciri-ciri struktur sosial
• Mengidentifikasi fungsi stuktur sosial di masyarakat
• Mengklasifikasikan jenis dan bentuk struktur sosial di masyarakat

Alokasi Waktu : 2 x 45menit (1 X Pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan dengan kata-kata sendiri pengertian tentang stuktur sosial
2. menjelaskan ciri-ciri struktur sosial
3. mengidentifikasi fungsi struktur sosial di masyarakat
4. mengklasifikasikan jenis dan bentuk struktur sosial di masyarakat

B. Materi Pembelajaran
1. Hakikat struktur sosial
2. Ciri-ciri struktur sosial
3. Fungsi struktur sosial
4. Jenis dan bentuk-bentuk struktur sosial

C. Model Pembelajaran
• Numbered Heads Together (Kepala Bernomor)
D. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Kerja mandiri
3. Diskusi
4. Studi pustaka

E. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan :
1. Mengajukan pertanyaan awal berkaitan dengan materi yang akan disampaikan
2. Menjelaskan tujuan Pembelajaran atau Kompetensi Dasar yang akan dicapai
3. Menyampaikan cakupan-cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

2. Kegiatan Inti :
a. Eksplorasi
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan mendalam tentang struktur sosial yang akan dipelajari dengan menggunakan berbagai sumber.
2. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar perserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya.

b. Elaborasi
Melakukan diskusi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4 sampai 5 orang.
2. Menugaskan tiap-tiap kelompok untuk mendiskusikan tentang bagaimana fungsi struktur sosial dalam masyarakat modern dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
3. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil diskusi.
4. Siswa yang lain memberikan tanggapannya, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
5. Guru dapat mengulangi atau menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta didik.



c. Konfirmasi
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan
4. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai Kompetensi Dasar.

3. Kegiatan Penutup
1. Guru bersama peserta didik membuat rangkuman
2. Melakuan refleksi
3. Merencanakan tindak lanjut ( melakukan pengayaan atau remidial )
4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


F. Sumber pembelajaran:
b. Buku Sosiologi SMA kelas 2 Yudhistira halaman
c. Buku Sosiologi Suatu Pengantar Rajawali Pers
d. Media massa seperti majalah, koran, dan buku-buku tambahan.


E. Media pembelajaran
1. Papan tulis
2. Lembar soal
3. Power Point
F. Penilaian
1. Mengerjakan latihan Uji Penguasaan Materi
2. Penilaian proses


                                                                                                                     Cepu,


Mengetahui :
Kepala SMA N 1                                                                    Cepu Guru Bidang Studi


Mastur, M,Pd                                                                           Tri Setiyani Rahayu, S,Pd
Contoh RPP

Selasa, 06 Desember 2011

Macam-macam badan usaha

Perusahaan Perorangan
Perusahaan perorangan adalah perusahaan yang dijalankan dan dimodali oleh satu orang sebagai pemilik dan penanggung jawab. Utang perusahaan berarti utang pemiliknya. Dengan demikian seluruh harta kekayaan si pemilik jadi jaminan perusahaan. Badan Usaha seperti ini tidak perlu berbadan hukum, walaupun jika ingin, boleh dilakukan.
Macam-macam badan usaha

Selasa, 29 November 2011

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perempuan di Indonesia sudah banyak yang berkiprah di berbagai bidang kehidupan di masyarakat, termasuk pada aspek pendidikan. Perempuan sudah banyak terlibat dalam urusan pendidikan tersebut, misalnya dalam organisasi yang ada di lingkungan sekolah.
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batasan yang relative dapat diidentifikasikan dan bekerja atas dasar keterikatan yang relatif terus menerusuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Organisasi sekolah adalah suatu wadah yang ada di lingkungan sekolah yang dikoordinasikan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Kepengurusan dalam organisasi sekolah ini biasanya dilakukan oleh para siswa yang ada dalam lingkup sekolah tersebut dengan dibimbig oleh seorang guru pembimbing.
Salah satu contoh dari organisasi yang ada dalam sekolah adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).lahirnya OSIS di sekolah-sekolah tingkat SLTP dan SLTA terdapat organisasi yang bebagai macam corak bentuknya sebelumnya.
Konsep gender ialah suatu sifat laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat baik secara kultural maupun sistemik. Perbedaan gender melahirkan ketidakadilan baik bagi kaum laki-laki dan terutama bagi perempuan. Ketidakadilan tersebut juga terlihat dalam organisasi yang ada di sekolah (OSIS), terutama dalam hal pembagian posisi.
Dalam pembagian kedudukan tersebut, perempuan selalu saja ditempatkan pada posisi yang tidak terlepas dari urusan domestik, sementara laki-laki selalu menduduki posisi yang berurusan dengan publik. Dari latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut tentang bias gender yang ada dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) terutama dalam pembagian posisi di dalamnya. Untuk itu, maka penulis menulis makalah tentang “Kedudukan Perempuan dalam Organisasi Sekolah”






B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peranan perempuan terhadap organisasi pendidikan di sekolah?
2. Bagaimana kedudukan perempuan terhadap organisasi pendidikan di sekolah?
3. Mengapa dalam organisasi, perempuan identik menjadi bendahara dan sekretaris, sedangkan laki-laki lebih identik menjadi ketua?

B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah:
1. Mengetahui peranan perempuan terhadap organisasi pendidikan di sekolah.
2. Mengetahui kedudukan perempuan terhadap organisasi pendidikan di sekolah.
3. Mengetahui alasan pembagian posisi perempuan dalam organisasi sekolah.
C. MANFAAT
a) Manfaat Akademis
Penulisan makalah ini dilakukan sebagai bahan studi bagi pembaca dan dapat memberikan bahan referensi bagi pihak pembaca sebagai bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca, khususnya mengenai peran perempuan dalam sebuah organisasi.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bias gender yang terdapat di bidang pendidikan, khususnya dalam hal organisasi yang ada di sekolah. Dengan demikian diharapkan pihak sekolah dapat meninjau kembali keputusan dan kebijakan yang masih berbias gender.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEREMPUAN, PENDIDIKAN, DAN KEPEMIMPINAN
Kehidupan suatu bangsa erat sekali kaitannya dengan tingkat pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan budaya dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan mengembangkan pengetahuan. Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, tetapi harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh anak didik.
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak disekolah.
Bila seorang perempuan menjadi pemimpin, timbul pertanyaan pola pimpinan manakah yang akan ia gunakan? Pola hierarkis yang otoriter atau pola egaliter yang partisipatif.
Sejumlah perempuan yang dengan susah payah naik pangkat sampai dipercayakan menjadi pemimpin yakin bahwa mereka harus membuktikan bahwa mereka pun dapat menentukan kebijaksanaan organisasi/perusahan dengan penuh wibawa dan hikmat. Mereka merasa bahwa hanya sikap otoriter yang akan diterima oleh pekerja yang sudah biasa dengan cara memimpin yang bersandar pada hierarki. Menggunakan pola tersebut berarti bahwa pemimpin diterima dan dibatasi ketegangan. Perempuan yang memimpin secara otoriter harus menjaga dirinya agar jangan sampai memperlihatkan kelemahan atau keraguraguan. Ia harus tahan kritik dan pandai menyampaikan perintah serta mengontrol pelaksanaannya agar ia tetap dihormati. Sebagai akibat sikap itu ia tidak mempunyai teman untuk membicarakan persoalan yang timbul dan mengutarakan perasaannya.
Sering gaya otoriter dipengaruhi oleh pola yang terdapat dalam keluarga tempat ibu mengatur semua anggota keluarga sedemikian rupa sehingga mereka tergantung padanya dan tidak dapat bertindak atas tanggung jawab sendiri. Di situ para pekerja diperlakukan seakan-akan mereka anak-anak yang perlu dilindungi dari kesulitan besar, diberikan perhatian, dipuji karena tugas yang dikerjakannya. Pemimpin otoriter sering memandang perempuan muda yang berbakat sebagai saingan pribadi dan tidak suka memberikan kesempatan berkembang pada mereka, ia merasa lebih aman bekerja dengan laki-laki
Hanya seorang pemimpin yang menerima kuasa sebagai kemampuan dapat memanfaatkannya dan memimpin secara partisipatif. Ia memberikan segala informasi yang menunjang pekerja dalam tugasnya masing-masing untuk bekerja sebaik mungkin dan untuk melihat tugasnya dalam keseluruhan tugas organisasi/perusahaan. Ia mengenal kekuatan dan kelemahan setiap pekerja (dalam perusahan besar, hal ini berlaku untuk semua kepala bagian, dan merekalah yang mengenal anggota bagiannya) dan berusaha agar orang itu mendapat tugas yang sesuai dengan bakat dan keterampilannya. Ia menghormati setiap pekerja dalam fungsinya dan rela mendengar pendapat tentang perubahan yang dapat memperbaiki cara kerja, sekalipun usulannya tidak sesuai kebiasaan organisasi/perusahaan.
Ia mengarahkan pembicaraan dalam rapat dan memungkinkan agar pertentangan dibicarakan dengan terbuka. Ia mampu mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh semua petugas terkait. Ia pandai mendelegasikan tugas dan mendukung pekerja dalam pelaksanaan, bukan hanya mengontrol saja tetapi terutama memberikan kesempatan kepada pekerja untuk membicarakan persoalan yang timbul. “Ia harus mempunyai visi (tentang pekerjaan yang akan dilakukan dan gunanya) yang menjadi pokok harapan dan dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga semua orang bekerja demi keadilan, martabat, dan kesetaraan”.
Perempuan pun dapat bersandar pada pengalaman keluarga. Sebagai kakak di antara banyak saudara, ia berusaha mengembangkan bakat dan keterampilan adik-adiknya. Ia membagikan tugas kepada mereka dan merencanakan bersama mereka hal yang perlu atau yang menyenangkan. Dalam hal ini ia terbuka untuk mendengar pandangan, berunding dan dapat mengusulkan jalan keluar yang diterima oleh semua adiknya. Ia pun tidak takut memperlihatkan perasaannya, terutama rasa bangga atas adiknya yang berhasil dan kecewa atas adiknya yang lalai atau yang melukai saudaranya. Ia pun harus sadar bahwa ia tidak sempurna sehingga rela menerima kritikan untuk memperbaiki tingkah lakunya. Gaya partisipatif itu dapat dikembangkan lagi dengan memberdayakan pekerja. Bakat dan keterampilan mereka dimajukan dengan sadar melalui pengalaman, penataran, dan dukungan
Disekolah terdapat organisasi intra sekolah untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa-siswinya agar dapat berperan aktif dalam dunia pendidikan sekolah dan latihan dasar kepemimpinan. Siswa perempuan dapat menjadi pemimpin dalam organisasi yang ada disekolahnya, seperti menjadi ketua osis. Saat menjadi ketua pun siswa perempuan harus mampu menerapkan pola kepemimpinannya, akan menggunakan pola kepemimpinan yang otoriter ataukah yang partisipatif. Dimulai dari kepemimpinannya dalam organisasi yang ada disekolahnya (OSIS), kedudukan perempuan yang menjabat sebagai kepala sekolah, dan organisasi lain yang ada disekolah.
B. ORGANISASI DAN SEKOLAH
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batasan yang relative dapat diidentifikasikan dan bekerja atas dasar keterikatan yang relatif terus menerusuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perangkat organisasi di sekolah antara lain:
1. Kepengurusan
Kepengurusan ini terdiri atas personil yang dibentuk berdasar ketentuan yang ada dan dibentuk menjadi sebuah organisasi yang paling tidak terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dapat diperluas dengan beberapa ketua bidang dan beberapa seksi.
3. Job Description
Guna menjalankan roda organisasi di sekolah perlu dibuat job description bagi setiap personil pada setiap jabatan yang diembannya, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
4. AD/ART
AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang penting, karena dalam AD/ART merupakan panduan dalam berorganisasi sehingga roda organisasi berjalan pada panduan tersebut.AD/ART mencakup dasar, tujuan, kegiatan dari organisasi, ketentuan keanggotaaan dan kepengurusan, hak dan kewajiban pengurus, ketentuan tentang pengelolaan keuangan, mekanisme pengambilan keputusan, perubahan panduan organisasi, dan pembubaran organisasi.
5. Fasilitas Penunjang
Sebuah organisasi dapat dikatakan mustahil berjalan tanpa didukung oleh fasilitas penunjang, seperti ruangan dan seisinya (meja, kursi, dan lain-lain).
Salah satu contoh organisasi yang ada dalam sekolah adalah OSIS. Dalam upaya mengenal, memahami dan mengelola Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) perlu penjelasan mengenai pengertian dan peranan tentang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dengan pengertian dan peranan yang jelas akan membantu para pembina pengurus dan perwakilan kelas untuk mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsinya. OSIS memiliki beberapa pengertian secara sistematis, organisasi, fungsional, sistem. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Secara Sistematis
Di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS terdiri dari, organisasi, siswa, intra, sekolah.
• Masing-masing mempunyai pengertian:
1) Organisasi
Secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan satuan atau kelompok ke rjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan kesiswaan.
2) Siswa
adalah peserta didik pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
3) Intra
adalah berarti terletak didalam dan di antara. Sehingga OSIS berarti suatu organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.

4) Sekolah
adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan bersinambungan.
2. Secara Organisasi
OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.
3. Secara fungsional
Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan khususnya di bidang pembinaan kesiswaan arti yang terkandung lebih jauh dalam pengertian OSIS adalah sebagai salah satu dari empat jalur pembinaan kesiswaa, di sampig ketiga jalur yang lain yaitu : Latihan Kepemimpinan, Ekstrakurikuler dan Wawasan Wiyatamandala.
4. Secara Sistem
Apabila OSIS dipandang suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sistem, dimana sekumpulan para siswa mengadakan koordinasi dalam upaya mencitapakan suatu organisasi yang mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan.

C. PERANAN OSIS
Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah :
1. Sebagai Wadah
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah. Wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala. Tanpta seling berkerjasama dari berbagai jalur, peranan OSIS sebagai wadah tindakan berfungsi lagi.
2. Sebagai Penggerak / Motivator
Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS akan tampil sebagai penggerak apabila para pembina, pengurus mampu membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap acanaman, memanfaatkan peluang dan perubahan, dan yang paling penting memberikan kepuasan kepada anggota. Dengan bahasa manajemen OSIS mampu memainkan fungsi intelektual, yaitu mampu meningkatkan keberadaan OSIS baik secara internal maupun eksternal. Apabila OSIS dapat berfungsi demikian sekaligus OSIS berhasil menampilkan peranannya sebagai motivator.
3. Peranan yang bersifat preventif
Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti : menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS berhasil ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar. Peranan Preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan.

D. KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM OSIS
Dalam OSIS, tentunya terdapat peran dari masing-masing anggotanya, termasuk perempuan. Peran perempuan dalam OSIS biasanya berkedudukan sebagai sekretaris dan bendahara, dan laki-laki biasanya yang berperan sebagai ketua. Perempuan sering menjadi sekretaris disebabkan karena perempuanlah yang memiliki bakat menulis dengan rajin dan rapi, tidak seperti laki-laki yang malas saat diperintah untuk menulis. Perempuan cenderung lebih suka berada dibelakang layar, tidak langsung tampil didepan umum. Kemudian dalam OSIS perempuan biasanya juga berperan sebagai bendahara, hal ini disebabkan karena perempuan memiliki kemampuan menghitung dan menyimpan uang secara teliti serta tidak teledor dalam penggunaannya. Tidak seperti laki-laki yang dapat dengan mudah mengeluarkan uang tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Apalagi dalam organisasi, uang yang digunakan untuk anggaran proposal yang akan diajukan harus tepat pada sasaran penggunaannya.
Lalu mengapa laki-laki yang sering dijadikan ketua dalam organisasi sekolah tersebut??hal ini disebabkan karena dalam kedudukan gender laki-laki dianggap sebagai sosok yang kuat, dapat bijaksana dalam mengambil keputusan, tidak berdasarkan emosional seperti perempuan, dapat berpikir secara rasional, pandai berargumen, berani mengambil keputusan dengan tegas (tidak plin-plan), dan hal lain yang mendukung laki-laki sering dijadikan sebagai ketua dalam organisasi apapun. Sebenarnya tidak semua organisasi yang ada disekolah diambil alih oleh laki-laki, kenyataannya sekarang juga banyak perempuan yang sudah memberanikan diri dan dipilih sebagai ketua. Walaupun masih banyak laki-laki dijadikan ketua dibanding perempuan. Kondisi fisik perempuan yang dianggap lemah, tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat, masih berdasarkan rasa emosional mereka, irasional, dan lain-lain. Keadaan seperti inilah yang membuat perempuan jarang terlihat sebagai ketua, walaupun tidak semua perempuan mempunyai sikap dan sifat yang telah disebutkan diatas.
Pengaruh yang dihasilkan dari peran perempuan sebagai sekretaris dan bendahara adalah membawa dampak yang signifikan terhadap organisasi yang ada disekolah. Organisasi dapat diatur sedemikian rupa dan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan berkat peran siswa perempuan yang ada didalamnya. Hal ini desebabkan karena perempuan lebih jeli dalam mengatur sesuatu agar hasil yang dicapai dapat berjalan secara maksimal.
E. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DITINJAU DARI TEORI FEMINISME LIBERAL
Asumsi dasar feminisme liberal berakar pada pandangan bahwa kebebasan dan kesamaan bearakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Kerangka kerja feminisme liberal dalam memperjuangkan persoalan masyarakat tertuju pada kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu termasuk didalamnya kesempatan dan hak kaum perempuan. Dengan kata lain, jika sistem sudah memberikan kesempatan yang sama pada laki-laki dan perempuan maka jika perempuan tidak mampu bersaing dan kalah yang perlu dipersalahkan adalah perempuan itu sendiri.
Untuk lebih memahami perempuan, kita dapat mempelajari perubahan sejarah aliran feminism tentang pembentukan pengetahuan perempuan seperti femininisme liberal. Dijelaskan bawa akar teori feminism liberal bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuan dipandang sebagai manusia rasional dan memiliki kemampuan yang sama dengan lakil-laki. Berdasarkan pemikiran inilah, maka kepemimpinan perempuan dalam masa kini bukan lagi menjadi hal yang harus diperdebatkan. Hanya saja perlu diingat, perempuan dalam menjalankan peran sebagai pemimpin dituntut juga memiliki beberapa hal penting antara lain:
a. Keinginan menerima tanggung jawab
b. Mencapai tujuan yang realistis
c. Bekerja keras dan cerdas
d. Bersikap objektif
e. Mampu berkomunikasi dengan efektif
f. Memiliki orientasi masa depan
g. Kemampuan membimbing
h. Berperilaku bijaksana dengan kekuasaan
i. Memiliki kepribadian yang kuat.
Sebagian dari usaha ini dapat dilihat melalui program perempuan dalam pembangunan (Women in Development) yaitu dengan menyediakan “program intervensi guna meningkatkan taraf hidup keluarga seperti pendidikan, keterampilan, serta kebijakan yang dapat meningkatkan kemampuan perempuan sehingga mampu berpatisipasi dalam pembangunan”.
Pada era modern ini, sudah banyak perempuan yang menjadi pemimpin seperti: presiden, anggota DPR, bupati, bahkan dalam organisasi yang ada di sekolah. Hal ini berarti telah menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki eksistensi untuk menjadi pemimpin di semua bidang termasuk dalam pendidikan. Seperti dalam kepemimpinan perempuan dalam sekolah yang menjabat sebagai kepala sekolah, ketua osis yang tidak melulu menjabat sebagai sekretaris dan bendahara. Walaupun kedudukan sekretaris dan bendahara tidak dapat dihindarkan dari posisi perempuan yang ada dalam organisasi. Dengan hal itu, telah membuktikan bahwa kebebasan sudah diperoleh kaum perempuan dan telah menyamai kedudukan laki-laki.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peran perempuan dalam organisasi di sekolah biasanya berkedudukan sebagai sekretaris dan bendahara. Hal itu dikarenakan anggapan yang telah melekat pada diri perempuan itu sendiri yang dianggap memiliki sifat rajin dan mempunyai kemampuan untuk mengelola keuangan dengan baik. Selain itu, perempuan juga cenderung senang berada di belakang layar daripada harus tampil langsung di depan publik.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki dalam organisasi selalu menempati kedudukan sebagai ketua dalm organisasi tersebut karena adanya anggapan bahwa laki-laki itu dapat berlaku bijaksana dan cepat dalam mengambil keputusan serta lebih berpikir rasional.
Dalam suatu organisasi di sekolah (OSIS) perempuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap organisasi yang ada tersebut karena dengan adanya perempuan yang mengatur keuangan dan administrasi dari organisasi tersebut sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Laki-laki dan perempuan dikategorikan sebagai hal yang sama dalam kajian teori feminism liberal. Dimana perempuan juga dapat berfikir secara rasional dan memandang sesuatu secara objektif sehingga mereka pun dapat bersaing dengan kaum laki-laki. Hal itu telah membuktikan bahwa adanya kesetaraan gender dalam dunia pendidikan.

B. SARAN
Dari kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis dapat menyarankan beberapa hal antara lain:
1) Bagi Siswa
Para siswa harus seharusnya ikut aktif dalam kegiatan organisasi yang ada di sekolah mereka,khususnya bagi siswa perempuan karena dengan demikian mereka dapat mengikis anggapan yang telah dikonstruksikan kepada mereka.
2) Bagi Pihak Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah juga mempertimbangkan keputusan dan kebijakan yang akan mereka ambil sehingga tidak menimbulkan bias gender yang akhirnya menimbulkan ketidakadilan bagi pihak-pihak lain.

DAFTAR PUSTAKA

• Mansour, Fakih. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
• Tong, Rosemarie P. 1998. Feminist Tought. Yogyakarta: Jalasutera.
• http//www. Suarakomunitas.net
• http//www.wikipedia.com
• http/public_html/libraries/joomla/cache/handler/callback.php
KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM ORGANISASI SEKOLAH

PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP KEBUDAYAAN KOMUNITAS SAMIN DI DESA KLOPODHUWUR KABUPATEN BLORA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di tengah masyarakat semakin canggih seiring dengan perkembangan jaman. Hal itu menandakan bahwa masyarakat yang ada di negara Indonesia mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi menunjukkan perkembangan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang modern.
Perkembangan IPTEK tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan saja, tetapi juga terjadi di daerah pedesaan. Perkembangan tersebut tentu saja akan mempengaruhi kehidupan yang ada di masyarakat dalam berbagai aspek , baik sosial, ekonomi, politik, budaya dan masih banyak lagi. Selain itu perubahan tersebut juga memberikan dampak yang cukup besar dalam struktur dalam masyarakat maupun kebudayaan yang telah ada.
Perkembangan IPTEK tersebut mendapat tanggapan yang berbeda dari anggota masyarakat di dalamnya. Masyarakat tidak mungkin begitu saja menerima perkembangan tersebut, sehingga tidak heran jika terjadi goncangan kebudayaan (cultural shock) di masyarakat akibat perkembangan itu.
Komunitas Samin merupakan kelompok sosial yang tinggal di suatu wilayah yang telah memiliki kebudayaannya sendiri. Masyarakat Samin ini awal mulanya berasal dari desa Klopodhuwur kabupaten Blora. Namun, keberadaan komunitas Samin ini menyebar ke beberapa daerah lain.
Komunitas Samin terkenal dengan ajaran Saminisme. Ajaran ini disampaikan oleh orang yang bernama Samin Surosentiko sebagai bentuk penolakan terhadap budaya colonial Belanda dan kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan Belanda. Mereka yang menganut ajaran ini dikenal sebagai orang-orang yang memegang teguh prinsip hidup yang telah diajarkan oleh pendahulunya. Karena itu, mereka di anggap sebagai orang-orang yang kolot dan sulit untuk menerima perubahan.
Dari latar belakang yang telah disebutkan diatas membuat peneliti tertarik untuk mengkaji, mengetahui dan mengungkap lebih jauh tentang pengaruh dari perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwu kabupaten Blora sehingga peneliti menyusun penelitian yang berjudul ”PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP KEBUDAYAAN KOMUNITAS SAMIN DI DESA KLOPODHUWUR KABUPATEN BLORA” ini.


B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, antara lain :
1. Bagaimana persepsi komunitas Samin di desa Klopodhuwur terhadap perkembangan IPTEK yang ada saat ini?
2. Bagaimana pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwur?
3. Apa dampak dari perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwur?
4. Bagaimana reaksi/tanggapan komunitas Samin di desa Klopodhuwur terhadap perkembangan IPTEK tersebut?

C. TUJUAN
Tujuan pembahasan tentang pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin di kabupaten Blora adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi komunitas Samin di desa Klopodhuwur terhadap perkembangan IPTEK yang ada saat ini.
2. Mengetahui ada tidaknya pengaruh perkembangan IPTEK tersebut terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwur.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan perkembangan IPTEK bagi kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwur.
4. Mengetahui bagaimana reaksi/ tanggapan komunitas Samin di desa Klopodhuwur tentang adanya perkembangan IPTEK.

D. MANFAAT
a) Manfaat Akademis
Penelitian ini dilakukan sebagai bahan studi bagi pembaca dan dapat memberikan bahan referensi bagi pihak pembaca sebagai bacaan yang dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca, khususnya mengenai komunitas Samin.
b) Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopodhuwur kabupaten Blora, sehingga nantinya perkembangan IPTEK yang masuk ke dalam komunitas tersebut tidak akan menghilangkan kebudayaan asli yang ada pada komunitas Samin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,
DAN KERANGKA BERFIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang komunitas Samin mungkin sudah banyak dilakukan untuk menunjukkan keragaman komunitas tersebut dari berbagai sudut pandang. Namun, hingga penelitian ini peneliti buat, peneliti hanya dapat menemukan satu penelitian tentang komunitas tersebut yang dilihat dari sudut sosiologi seperti yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) yang melihat komunitas Samin dari segi interaksinya dengan masyarakat sekitar. Lestari (2008) menyebutkan bahwa interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar berupa kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Interaksi sosial tersebut dipengaruhi oleh situasi sosial, kekuasaan kelompok, tujuan pribadi, kedudukan dan kondisi individu serta penafsiran situasi. Selain memaparkan hal tersebut, Lestari (2008) juga menyebutkan kendala yang dihadapi dalam interaksi antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar adalah berupa perbedaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat sekitar dan adanya perbedaan nilai antara kelompok sosial tersebut.
Penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada tersebut. Penelitian ini merupakan usaha-usaha untuk menjawab dan mengungkapkan hal-hal yang belum terjawab pada penelitian sebelumnya, khususnya tentang pengaruh perkembangan IPTEK di era globalisasi ini terhadap kebudayaan komunitas Samin di desa Klopo duwur.


B. LANDASAN TEORI
1. Komunitas
Koentjaraningrat ( 1990:136). Komunitas merupakan suatu kesatuan hidup bermasyarakat yang khas dengan suatu identitas serta solidaritas yang telah terbentuk dari dalam dan berkembang dalam waktu yang lama.komunitas sebagai suatu satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat komunitas sebagai satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat dan ciri-ciri alamiah yang khas sehingga merupakan bagian dari suatu sistem ekologi yang bulat.
Menurut Soekanto (2002:149), komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi dia antara para anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Selanjutnya kelompok sosial dibagi ke dalam kelompok sendiri (in group) dan kelompok luar (out group). Para anggota kelompok sendiri (in group) mempunyai ikatan yang kuat ke dalam. Di antara kelompok tersebut mempunyai perasaan simpati, senasib, sepenanggungan serta dekat dengan sesama anggota dalam kelompoknya.,sedangkan yang disebut sebagai kelompok luar (out group) adalah mereka yang mempunyai sifat kebalikannya, seperti sikap melawan, menentang, curiga, antipasti serta membedakan dengan kelompok lainnya. Dalan hal ini, komunitas Samin termasuk dalam kelompok sendiri (in group) karena mereka terbentuk berdasarkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunitas adalah suatu kelompok sosial yang hidup dan mendiami suatu wilayah dengan suatu identitas yang khas yang terbentuk dalam waktu yang lama. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Samin dapat dikatakan sebagai salah satu komunitas yang ada di wilayah Jawa Tengah. Komunitas Samin merupakan bagian dari suku Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri yang berupa tata bahasa, adat istiadat, kebiasaan, dan norma-norma yang berbeda dengan masyarakat lain. Komunitas ini terbentuk atas dasar persamaan paham yang disebut dengan paham Saminisme.
2. Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model, pengetahuan-pengetahuan secara kolektif yang dapat digunakan untuk memahami dan menginterpresentasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong serta menciptakan tindakan yang dibutuhkan. (Syam, 2005:14)
Para ahli antropologi mengakui bahwa kebudayaan senantiasa mengalami perubahan walaupun laju serta bentuk perubahan tersebut berbeda-beda. Umumnya perubahan mengikuti adanya suatu modifikasi, baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Di antara kejadian yang berpengaruh pada perubahan kebudayaan adalah peningkatan jumlah penduduk, perubahan dalam lingkungan geografi, bencana alam, dan lain-lain. Perubahan kebudayaan terwujud dalam pergantian unsur-unsur yang baru yang secara fungsional dapat diterima oleh unsur-unsur lain atau menghilangkan unsur-unsur yang lama dan menggantikannya dengan unsur-unsur baru atau memadukan unsur-unsur yang baru ke dalam unsure yang lama. (Joyomartono,1991:31)
Dalam proses perubahan kebudayaan, ada unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah dan yang sukar berubah. Kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu: inti kebudayaan (Convert Culture) dan perwujudan kebudayaan (Overt Culture). Bagian inti terdiri dari sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, dan beberapa adat yang telah tersebar luas di masyarakat. Wujud kebudayaan yang merupakan bagian luar/ fisik dari kebudayaan, seperti alat/ benda hasil seni budaya yang mudah untuk berubah. (Koentjaraningrat, 2000:285)
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan ide-ide secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis,1960). Apabila diambil dari definisi Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Peneliti menggunakan beberapa konsep untuk meneliti perubahan sosial budaya yang ada dalam komunitas Samin tersebut. Konsep-konsep itu antara lain.
a. Teori Materialisme Sejarah (Karl Mark dan Angel)
Teori ini menyebutkan bahwa perubahan kebudayaan disebabkan oleh adanya faktor material, yaitu teknologi. Teknologi dapat menyebabkan perubahan kebudayaan melalui tiga cara. Pertama, teknologi baru mampu meningkatkan berbagai kemungkinan dalam masyarakat. Kedua, teknologi baru merubah pola interaksi dalam masyarakat. Ketiga, teknologi baru menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan hidup baru bagi masyarakat.
Dalam konsepsi Mark, perubahan sosial ada pada kondisi historis yang melekat pada perilaku manusia secara luas, tepatnya sejarah kehidupan material manusia. Perspektif individual menjadi sebuah alternatif untuk menjelaskan perubahan sosial dan budaya. Menurut perspektif historisme, masyarakat sebagai kesatuan holistik yang bersifat menentukan sifat dan keteraturannya sendiri yang tidak dapat direduksi. Mark menyatakan bahwa tindakan individu merupakan sebuah kompleksitas antara motivasi psikologis, nilai budaya, norma dan hukum yang membentuk tindakan. Dengan demikian faktor utama yang menjelaskan perubahan sosial adalah pada alam ide.
Konsep materialisme sejarah digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan peranan aspek kesejarahan yang ada dalam komunitas Samin di masa lalu terhadap kondisi komunitas Samin di desa Klopodhuwur pada masa sekarang ini.
b. Perspektif Etika Protestan (Max Weber)
Perspektif idealis berbeda dengan pandangan Karl Mark. Salah satu tokoh dalam kubu idealis adalah Max Weber yang mengemukakan bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor non-material. Faktor material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang digunakan membenarkan atau melegitimasi bentuk tindakan masyarakat.
Selain itu Weber juga menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam perubahan sosial adalah bentuk rasionalisme yang dimiliki oleh individu. Menurut Weber, rasionalitas memiliki empat macam model, yaitu: (1) rasionalitas tradisional, (2) rasionalitas yang berorientasi nilai, (3) rasionalitas efektif, dan (4) rasionalitas instrumental. Ideologi mampu menyebabkan perubahan melalui tiga cara yang berbeda. Pertama, ideologi dapat melegitimasi keinginan untuk melakukan sesuatu. Kedua, ideologi mampu menjadi dasar solidaritas sosial yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Ketiga, ideologi dapat menyebabkan perubahan melalui menyoroti perbedaan dan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Perspektif ini peneliti gunakan untuk mengetahui pengaruh dari ide, nilai, dan ideologi yang ada pada masyarakat yang modern ini terhadap kebudayaan di kalangan komunitas Samin di desa Klopodhsuwur.
PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP KEBUDAYAAN KOMUNITAS SAMIN DI DESA KLOPODHUWUR KABUPATEN BLORA

TUGAS PENULISAN KARYA ILMIAH

TEMA: PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
JUDUL: PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP KEBUDAYAAN KOMUNITAS SAMIN

• RUMUSAN MASALAH:
1. Bagaimana persepsi komunitas Samin terhadap perkembangan IPTEK yang ada saat ini?
2. Bagaimana pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin?
3. Apa dampak dari perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin?
4. Bagaimana reaksi/tanggapan komunitas Samin terhadap perkembangan IPTEK tersebut?

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang komunitas Samin mungkin sudah banyak dilakukan untuk menunjukkan keragaman komunitas tersebut dari berbagai sudut pandang. Namun, hingga penelitian ini peneliti buat, peneliti hanya dapat menemukan satu penelitian tentang komunitas tersebut yang dilihat dari sudut sosiologi seperti yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) yang melihat komunitas Samin dari segi interaksinya dengan masyarakat sekitar. Lestari (2008) menyebutkan bahwa interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar berupa kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Interaksi sosial tersebut dipengaruhi oleh situasi sosial, kekuasaan kelompok, tujuan pribadi, kedudukan dan kondisi individu serta penafsiran situasi. Selain memaparkan hal tersebut, Lestari (2008) juga menyebutkan kendala yang dihadapi dalam interaksi antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar adalah berupa perbedaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat sekitar dan adanya perbedaan nilai antara kelompok sosial tersebut.

Penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada tersebut. Penelitian ini merupakan usaha-usaha untuk menjawab dan mengungkapkan hal-hal yang belum terjawab pada penelitian sebelumnya, khususnya tentang pengaruh perkembangan IPTEK di era globalisasi ini terhadap kebudayaan komunitas Samin.

LANDASAN TEORI
1. Komunitas
Koentjaraningrat ( 1990:136). Komunitas merupakan suatu kesatuan hidup bermasyarakat yang khas dengan suatu identitas serta solidaritas yang telah terbentuk dari dalam dan berkembang dalam waktu yang lama.komunitas sebagai suatu satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat komunitas sebagai satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat dan ciri-ciri alamiah yang khas sehingga merupakan bagian dari suatu sistem ekologi yang bulat.
Menurut Soekanto (2002:149), komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi dia antara para anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Selanjutnya kelompok sosial dibagi ke dalam kelompok sendiri (in group) dan kelompok luar (out group). Para anggota kelompok sendiri (in group) mempunyai ikatan yang kuat ke dalam. Di antara kelompok tersebut mempunyai perasaan simpati, senasib, sepenanggungan serta dekat dengan sesama anggota dalam kelompoknya.,sedangkan yang disebut sebagai kelompok luar (out group) adalah mereka yang mempunyai sifat kebalikannya, seperti sikap melawan, menentang, curiga, antipasti serta membedakan dengan kelompok lainnya. Dalan hal ini, komunitas Samin termasuk dalam kelompok sendiri (in group) karena mereka terbentuk berdasarkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunitas adalah suatu kelompok sosial yang hidup dan mendiami suatu wilayah dengan suatu identitas yang khas yang terbentuk dalam waktu yang lama. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Samin dapat dikatakan sebagai salah satu komunitas yang ada di wilayah Jawa Tengah. Komunitas Samin merupakan bagian dari suku Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri yang berupa tata bahasa, adat istiadat, kebiasaan, dan norma-norma yang berbeda dengan masyarakat lain. Komunitas ini terbentuk atas dasar persamaan paham yang disebut dengan paham Saminisme.
2. Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model, pengetahuan-pengetahuan secara kolektif yang dapat digunakan untuk memahami dan menginterpresentasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong serta menciptakan tindakan yang dibutuhkan. (Syam, 2005:14)
Para ahli antropologi mengakui bahwa kebudayaan senantiasa mengalami perubahan walaupun laju serta bentuk perubahan tersebut berbeda-beda. Umumnya perubahan mengikuti adanya suatu modifikasi, baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Di antara kejadian yang berpengaruh pada perubahan kebudayaan adalah peningkatan jumlah penduduk, perubahan dalam lingkungan geografi, bencana alam, dan lain-lain. Perubahan kebudayaan terwujud dalam pergantian unsur-unsur yang baru yang secara fungsional dapat diterima oleh unsur-unsur lain atau menghilangkan unsur-unsur yang lama dan menggantikannya dengan unsur-unsur baru atau memadukan unsur-unsur yang baru ke dalam unsure yang lama. (Joyomartono,1991:31)
Dalam proses perubahan kebudayaan, ada unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah dan yang sukar berubah. Kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu: inti kebudayaan (Convert Culture) dan perwujudan kebudayaan (Overt Culture). Bagian inti terdiri dari sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, dan beberapa adat yang telah tersebar luas di masyarakat. Wujud kebudayaan yang merupakan bagian luar/ fisik dari kebudayaan, seperti alat/ benda hasil seni budaya yang mudah untuk berubah. (Koentjaraningrat, 2000:285)
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan ide-ide secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis,1960). Apabila diambil dari definisi Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Peneliti menggunakan beberapa konsep untuk meneliti perubahan sosial budaya yang ada dalam komunitas Samin tersebut. Konsep-konsep itu antara lain.
a. Teori Materialisme Sejarah (Karl Mark dan Angel)
Teori ini menyebutkan bahwa perubahan kebudayaan disebabkan oleh adanya faktor material, yaitu teknologi. Teknologi dapat menyebabkan perubahan kebudayaan melalui tiga cara. Pertama, teknologi baru mampu meningkatkan berbagai kemungkinan dalam masyarakat. Kedua, teknologi baru merubah pola interaksi dalam masyarakat. Ketiga, teknologi baru menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan hidup baru bagi masyarakat.
Dalam konsepsi Mark, perubahan sosial ada pada kondisi historis yang melekat pada perilaku manusia secara luas, tepatnya sejarah kehidupan material manusia. Perspektif individual menjadi sebuah alternatif untuk menjelaskan perubahan sosial dan budaya. Menurut perspektif historisme, masyarakat sebagai kesatuan holistik yang bersifat menentukan sifat dan keteraturannya sendiri yang tidak dapat direduksi. Mark menyatakan bahwa tindakan individu merupakan sebuah kompleksitas antara motivasi psikologis, nilai budaya, norma dan hukum yang membentuk tindakan. Dengan demikian faktor utama yang menjelaskan perubahan sosial adalah pada alam ide.
Konsep materialisme sejarah digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan peranan aspek kesejarahan yang ada dalam komunitas Samin di masa lalu terhadap kondisi komunitas Samin yang ada pada masa sekarang ini.
b. Perspektif Etika Protestan (Max Weber)
Perspektif idealis berbeda dengan pandangan Karl Mark. Salah satu tokoh dalam kubu idealis adalah Max Weber yang mengemukakan bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor non-material. Faktor material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang digunakan membenarkan atau melegitimasi bentuk tindakan masyarakat.
Selain itu Weber juga menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam perubahan sosial adalah bentuk rasionalisme yang dimiliki oleh individu. Menurut Weber, rasionalitas memiliki empat macam model, yaitu: (1) rasionalitas tradisional, (2) rasionalitas yang berorientasi nilai, (3) rasionalitas efektif, dan (4) rasionalitas instrumental. Ideologi mampu menyebabkan perubahan melalui tiga cara yang berbeda. Pertama, ideologi dapat melegitimasi keinginan untuk melakukan sesuatu. Kedua, ideologi mampu menjadi dasar solidaritas sosial yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Ketiga, ideologi dapat menyebabkan perubahan melalui menyoroti perbedaan dan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Perspektif ini peneliti gunakan untuk mengetahui pengaruh dari ide, nilai, dan ideologi yang ada pada masyarakat yang modern ini terhadap kebudayaan di kalangan komunitas Samin yang ada.
TUGAS PENULISAN KARYA ILMIAH