Selasa, 29 November 2011

TUGAS PENULISAN KARYA ILMIAH

TEMA: PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
JUDUL: PENGARUH PERKEMBANGAN IPTEK TERHADAP KEBUDAYAAN KOMUNITAS SAMIN

• RUMUSAN MASALAH:
1. Bagaimana persepsi komunitas Samin terhadap perkembangan IPTEK yang ada saat ini?
2. Bagaimana pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin?
3. Apa dampak dari perkembangan IPTEK terhadap kebudayaan komunitas Samin?
4. Bagaimana reaksi/tanggapan komunitas Samin terhadap perkembangan IPTEK tersebut?

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang komunitas Samin mungkin sudah banyak dilakukan untuk menunjukkan keragaman komunitas tersebut dari berbagai sudut pandang. Namun, hingga penelitian ini peneliti buat, peneliti hanya dapat menemukan satu penelitian tentang komunitas tersebut yang dilihat dari sudut sosiologi seperti yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008) yang melihat komunitas Samin dari segi interaksinya dengan masyarakat sekitar. Lestari (2008) menyebutkan bahwa interaksi sosial antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar berupa kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Interaksi sosial tersebut dipengaruhi oleh situasi sosial, kekuasaan kelompok, tujuan pribadi, kedudukan dan kondisi individu serta penafsiran situasi. Selain memaparkan hal tersebut, Lestari (2008) juga menyebutkan kendala yang dihadapi dalam interaksi antara komunitas Samin dengan masyarakat sekitar adalah berupa perbedaan bahasa yang sulit dipahami oleh masyarakat sekitar dan adanya perbedaan nilai antara kelompok sosial tersebut.

Penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada tersebut. Penelitian ini merupakan usaha-usaha untuk menjawab dan mengungkapkan hal-hal yang belum terjawab pada penelitian sebelumnya, khususnya tentang pengaruh perkembangan IPTEK di era globalisasi ini terhadap kebudayaan komunitas Samin.

LANDASAN TEORI
1. Komunitas
Koentjaraningrat ( 1990:136). Komunitas merupakan suatu kesatuan hidup bermasyarakat yang khas dengan suatu identitas serta solidaritas yang telah terbentuk dari dalam dan berkembang dalam waktu yang lama.komunitas sebagai suatu satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat komunitas sebagai satuan sosial yang utuh yang terikat pada suatu tempat dan ciri-ciri alamiah yang khas sehingga merupakan bagian dari suatu sistem ekologi yang bulat.
Menurut Soekanto (2002:149), komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi dia antara para anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Selanjutnya kelompok sosial dibagi ke dalam kelompok sendiri (in group) dan kelompok luar (out group). Para anggota kelompok sendiri (in group) mempunyai ikatan yang kuat ke dalam. Di antara kelompok tersebut mempunyai perasaan simpati, senasib, sepenanggungan serta dekat dengan sesama anggota dalam kelompoknya.,sedangkan yang disebut sebagai kelompok luar (out group) adalah mereka yang mempunyai sifat kebalikannya, seperti sikap melawan, menentang, curiga, antipasti serta membedakan dengan kelompok lainnya. Dalan hal ini, komunitas Samin termasuk dalam kelompok sendiri (in group) karena mereka terbentuk berdasarkan rasa senasib dan sepenanggungan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunitas adalah suatu kelompok sosial yang hidup dan mendiami suatu wilayah dengan suatu identitas yang khas yang terbentuk dalam waktu yang lama. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa masyarakat Samin dapat dikatakan sebagai salah satu komunitas yang ada di wilayah Jawa Tengah. Komunitas Samin merupakan bagian dari suku Jawa yang memiliki ciri khas tersendiri yang berupa tata bahasa, adat istiadat, kebiasaan, dan norma-norma yang berbeda dengan masyarakat lain. Komunitas ini terbentuk atas dasar persamaan paham yang disebut dengan paham Saminisme.
2. Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat, model-model, pengetahuan-pengetahuan secara kolektif yang dapat digunakan untuk memahami dan menginterpresentasikan lingkungan yang dihadapi dan untuk mendorong serta menciptakan tindakan yang dibutuhkan. (Syam, 2005:14)
Para ahli antropologi mengakui bahwa kebudayaan senantiasa mengalami perubahan walaupun laju serta bentuk perubahan tersebut berbeda-beda. Umumnya perubahan mengikuti adanya suatu modifikasi, baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Di antara kejadian yang berpengaruh pada perubahan kebudayaan adalah peningkatan jumlah penduduk, perubahan dalam lingkungan geografi, bencana alam, dan lain-lain. Perubahan kebudayaan terwujud dalam pergantian unsur-unsur yang baru yang secara fungsional dapat diterima oleh unsur-unsur lain atau menghilangkan unsur-unsur yang lama dan menggantikannya dengan unsur-unsur baru atau memadukan unsur-unsur yang baru ke dalam unsure yang lama. (Joyomartono,1991:31)
Dalam proses perubahan kebudayaan, ada unsur-unsur kebudayaan yang mudah berubah dan yang sukar berubah. Kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu: inti kebudayaan (Convert Culture) dan perwujudan kebudayaan (Overt Culture). Bagian inti terdiri dari sistem nilai budaya, keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, dan beberapa adat yang telah tersebar luas di masyarakat. Wujud kebudayaan yang merupakan bagian luar/ fisik dari kebudayaan, seperti alat/ benda hasil seni budaya yang mudah untuk berubah. (Koentjaraningrat, 2000:285)
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan ide-ide secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis,1960). Apabila diambil dari definisi Taylor dalam Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Peneliti menggunakan beberapa konsep untuk meneliti perubahan sosial budaya yang ada dalam komunitas Samin tersebut. Konsep-konsep itu antara lain.
a. Teori Materialisme Sejarah (Karl Mark dan Angel)
Teori ini menyebutkan bahwa perubahan kebudayaan disebabkan oleh adanya faktor material, yaitu teknologi. Teknologi dapat menyebabkan perubahan kebudayaan melalui tiga cara. Pertama, teknologi baru mampu meningkatkan berbagai kemungkinan dalam masyarakat. Kedua, teknologi baru merubah pola interaksi dalam masyarakat. Ketiga, teknologi baru menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan hidup baru bagi masyarakat.
Dalam konsepsi Mark, perubahan sosial ada pada kondisi historis yang melekat pada perilaku manusia secara luas, tepatnya sejarah kehidupan material manusia. Perspektif individual menjadi sebuah alternatif untuk menjelaskan perubahan sosial dan budaya. Menurut perspektif historisme, masyarakat sebagai kesatuan holistik yang bersifat menentukan sifat dan keteraturannya sendiri yang tidak dapat direduksi. Mark menyatakan bahwa tindakan individu merupakan sebuah kompleksitas antara motivasi psikologis, nilai budaya, norma dan hukum yang membentuk tindakan. Dengan demikian faktor utama yang menjelaskan perubahan sosial adalah pada alam ide.
Konsep materialisme sejarah digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan peranan aspek kesejarahan yang ada dalam komunitas Samin di masa lalu terhadap kondisi komunitas Samin yang ada pada masa sekarang ini.
b. Perspektif Etika Protestan (Max Weber)
Perspektif idealis berbeda dengan pandangan Karl Mark. Salah satu tokoh dalam kubu idealis adalah Max Weber yang mengemukakan bahwa perubahan sosial disebabkan oleh faktor non-material. Faktor material ini antara lain ide, nilai dan ideologi. Ide merujuk pada pengetahuan dan kepercayaan, nilai merupakan anggapan terhadap sesuatu yang pantas atau tidak pantas, sedangkan ideologi berarti serangkaian kepercayaan dan nilai yang digunakan membenarkan atau melegitimasi bentuk tindakan masyarakat.
Selain itu Weber juga menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam perubahan sosial adalah bentuk rasionalisme yang dimiliki oleh individu. Menurut Weber, rasionalitas memiliki empat macam model, yaitu: (1) rasionalitas tradisional, (2) rasionalitas yang berorientasi nilai, (3) rasionalitas efektif, dan (4) rasionalitas instrumental. Ideologi mampu menyebabkan perubahan melalui tiga cara yang berbeda. Pertama, ideologi dapat melegitimasi keinginan untuk melakukan sesuatu. Kedua, ideologi mampu menjadi dasar solidaritas sosial yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan. Ketiga, ideologi dapat menyebabkan perubahan melalui menyoroti perbedaan dan permasalahan yang ada dalam masyarakat.
Perspektif ini peneliti gunakan untuk mengetahui pengaruh dari ide, nilai, dan ideologi yang ada pada masyarakat yang modern ini terhadap kebudayaan di kalangan komunitas Samin yang ada.

1 komentar:

  1. Atikelnya sudah bagus. Saran saya, judul dari artikel ini mungkin dapat dirubah kerena masih dalam bentuk format tugas kuliah. terimakasih

    BalasHapus